TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
close menu

Masuk


Tutup x

Bupati Belu Apresiasi FPPA Yang Bekerja Keras Mengurus Korban Perdagangan Manusia

Penulis: | Editor: Heru Soejatmiko

BELU, CYBERJATIM.ID,- Bupati Belu, dr. Taolin Agustinus, Sp.PD-KGEH, FINASIM mengapresiasi

Forum Perlindungan Perempuan dan Anak (FPPA) yang bekerja keras mengurus korban perdagangan manusia di wilayah Perbatasan Republik Indonesia (RI)- Republic Democratic Timor Leste (RDTL).

 

Hal itu disampaikan Bupati Belu, saat gelaran Doa Bersama Lintas Agama untuk Korban Perdagangan Manusia yang diselenggarakan FPPA Kabupaten Belu.

 

Bupati Belu hadir bersama Ketua TP PKK Kabupaten Belu, Dra. Freny Sumantri Taolin, Wakil Ketua TP PKK Kabupaten Belu, Rinawati BR Haleserens, Ketua Dharma Wanita Persatuan kabupaten Belu, Yosefina L.M. Katho, SP.

“Terima kasih kepada Suster Sesilia melalui Forum Peduli Perempuan dan Anak Kabupaten Belu yang sudah bekerja keras dalam mengurus korban perdagangan manusia yang terjadi di Kabupaten Belu,” ungkap Bupati Belu.

 

Disampaikan Bupati, sebagian orang-orang kita karena keinginan untuk menghidupi diri dan keluarga, ia berupaya keluar negeri untuk bekerja. Ada yang jalan menggunakan dokumen, tetapi ada juga yang tidak mengantongi dokumen.

BACA JUGA :  Update Harga Minyak Terbaru, Klik dan Dapatkan Minyaknya Disini

“Setelah disana ada yang kembali dalam kondisi cacat, bahkan ada yang meninggal. Mungkin saja karena ada penyiksaan atau kekerasan terhadapnya atau mungkin karena akibat lain, sehingga mereka meninggal disana dan kita hanya menerima peti jenazah dan jasadnya. Kejadian-kejadian seperti ini seringkali terjadi bukan hanya di Kabupaten Belu khususnya dan NTT pada umumnya, tetapi juga di daerah lain,” katanya.

 

Oleh karena itu, Pemerintah Daerah melalu Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, selalu menghimbau kepada setiap perusahaan yang akan mengirimkan tenaga kerja dari Indonesia harus memenuhi syarat dan memiliki keterampilan.

“Supaya tenaga kerja yang dikirim bisa bekerja dengan baik dan apabila terjadi persoalan atau permasalahan, pihak perusahaan pengirim ini yang akan bertanggung jawab,” tandasnya.

 

Sedangkan untuk menghindari persoalan yang tidak diinginkan, tenaga kerja yang dikirim harus terampil, menguasai bahasa asing, mengetahui etika, sopan santun dan budaya dimana ia akan bekerja.

BACA JUGA :  Bangun Sinergitas Bersama Media, BPJS Gelar Coffe Morning

“Hari ini kita semua berada disini untuk berdoa bersama menurut keyakinan masing-masing dan semoga yang sudah mendahului kita diterima dan diampuni dosa-dosanya. Kepada keluarganya, kita mohon supaya dikuatkan,” ujar Bupati Belu.

 

Pada kesempatan yang sama Ketua FPPA Kabupaten Belu, Suster Sisilia, SSpS mengungkapkan, doa bersama lintas agama ini digelar untuk korban perdagangan orang yang masih terjadi hingga saat ini.

“Dewasa ini jutaan manusia baik laki-laki maupun perempuan dan anak-anak dari segala umur, telah dirampas kemerdekaannya untuk dijadikan tenaga kerja, eksploitasi seksual dan eksploitasi sebagai pelaku kriminal. Ada yg diculik, dijual organ tubuhnya, diperkosa, dipaksa menjadi penjaja seks, dipaksa untuk hidup dalam keadaan yang sangat memperihatinkan, para pelaku perdagangan orang juga merusak kehidupan dan masa depan mereka,” ungkap Sr. Sesilia.

 

Diungkapkan Sr. Sesilia, tanggal 8 Februari dijadikan hari Doa Sedunia untuk Korban Perdagangan Manusia. Hari Doa Sedunia ini dianjurkan oleh The Pontifical Council for Justice and Peace and The Internasional Union of Superior General.

BACA JUGA :  Jilid 5, Aliansi Masyarkat Cianjur Menggugat Tuntut Komitmen DPRD Cianjur

“Hari doa sedunia melawan perdagangan manusia merupakan mobilisasi kesadaran dan doa pada skala global. Kesadaran kita harus meluas sampai pada akar persoalan ini dan jangkauannya seluruh dunia. Dari kesadaran kita berdoa, dari Doa ke Solidaritas, serta dari solidaritas ke Aksi Bersama, sampai perdagangan manusia di hapus menjadi (Zero Human Trafficking),” terangnya.

 

Dijelaskannya bahwa ada korban-korban yang mengalami tindak kekerasan hingga terjadi kematian diantaranya, Nirmala Bonat diseterika disekujur tubuhnya. Adelina Seu disiksa dan disuruh tidur dikandang anjing sampai meninggal.

“Sedangkan Lucia dicolok matanya sampai buta. Ada yang dipukul, dicambuk dan diiris-iris seperti ikan, kemudian ada yang hilang tanpa kabar dan ada yang pulang dalam peti mayat,” kenang Sr. Sesilia mengingatkan.

Terkini Lain